Cermin: Lama menghilang diri. Tanpa bicara. Ada
sesuatu yang berlaku?
Diri: ermm . tak ada. Masih ada. Masih menjengah.
Cuma sekadar menjengah. Baca, ikuti apa yang masih ada. Nampaknya masih ada yang pernah ada walaupun
ramai yang sudah tidak ada walaupun ada.
Cermin: Mengapa agak lama
diam? Terlalu sibukkah atau dah tak mahu bicara lagi?
Diri: Diam itu sementara.
Masih ada yang ingin bicara. Sentiasa ada. Ia hadir cuma hadirnya itu kalanya
cepat berlalu.
Cermin: Mengapa tidak
seperti dulu? Penuh bicara. Seronok bila baca bait-bait bicara. Bicara tentang
kehidupan dan warna-warninya. Tentang pelbagai karenah manusia. Tentang persekitaran. Tentang suka dan duka. Penuh cerita, ceria dan gelak tawa.
Diri: Manusia penuh dengan
keinginan dan rasa. Ingin bicara tapi diam lebih menguasai bicara. Bila diam
terlalu lama tanpa bait kata, maka ia semakin
hilang rasa ingin bicaranya.
Cermin: Moga bicara itu
masih ada dan terus ada. Usah dibiar apa yang dilalui, dialami tanpa dibicarakan,
dikongsi untuk dijadikan sebahagian kisah kehidupan manusia. Sekurangnya masih
ada yang dapat mengambil sesuatu dari kisahnya.
Diri: hmm hmm.. iya .. setiap
manusia ada kisahnya. Cuma kisahnya itu ada yang berlalu tanpa ada yang tahu.
Ada yang kisahnya berjaya dijadikan kisah dan dikongsi bersama yang lain. Apa
yang penting, hendaknya kisah itu adalah bicara dari hati, dihayati penuh
empati. Mungkin kisahnya boleh kita ikuti dan dekati. Mungkin juga dari kisah itu,
kita perlu jarakkan diri dan jauhinya. Itulah keindahan kisah sebenarnya.
Cermin: Jadi sudah mula
bicara lagi?
Diri:
Cermin: Moga terus bicara …
No comments:
Post a Comment